Strategi penerjemahan merupakan prosedur yang digunakan penerjemah dalam memecahkan permasalahan penerjemahan. Oleh sebab itu, strategi penerjemahan dimulai dari disadarinya permasalahan oleh penerjemah dan diakhiri dengan dipecahkannya permasalahan atau disadarinya bahwa masalah tersebut tidak dapat dipecahkan pada titik waktu tertentu. Lorscher (2005).

 

Krings (1986) mengklasifikasikan strategi penerjemahan menjadi: 1) strategi pemahaman (cmprehension), yang meliputi penarikan kesimpulan (inferencing) dan penggunaan buku referensi, 2) pencarian padanan (terutama asosiasi interlingual dan intralingual), 3) pemeriksaan padanan (seperti membandingkan teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran), 4) pengambilan keputusan (memilih di antara dua solusi yang sepadan), dan 5) reduksi (misalnya terhadap porsi teks yang khusus atau metaforis). Gerloff (1986) juga memberikan penggolangan yang hampir sama bahwa strategi penerjemahan terdiri atas kategori-kategori: 1) identifikasi permasalahan, 2) analisis linguistik,  3) pencarian dan penyimpanan informasi,  4) pencarian dan pemilihan umum informasi, 5) penarikan kesimpulan atas isi teks dan pengambilan pertimbangan, 6) kontekstualisasi teks, dan 7) pemantuan tugas.

 

Jaaskelainen (1993) dan Mondhal & Jensen (1996) menggolongkan strategi penerjemahan secara sederhana. Jaaskelainen (1993) menggolongkan strategi penerjemahan menjadi dua, yaitu 1) strategi global, yang menyangkut tugas penerjemahan secara keseluruhan (pertimbangan tentang gaya bahasa dan pembacanya dan lain sebagainya) , 2) strategi lokal, yang menyangkut hal-hal spesifik ( misanlnya, pencarian leksis). Sementara itu, Mondhal & Jensen (1996) juga membagi strategi penerjemahan menjadi dua, yaitu: 1) strategi produksi, yang dibagi lagi menjadi dua, yaitu a) asosiasi spontan dan reformulasi, dan b) strategi reduksi (yang terdiri atas strategi penghindaran dan strategi penggantian secara tidak khusus leksis yang khusus), dan 2) strategi evaluasi, yang meliputi refleksi terhadap kememadaian dan keberterimaan padanan terjemahan.

 

Lorscher (2005) membagi strategi penerjemahan menjadi :

1) struktur dasar,

2) struktur perluasan, dan

3) struktur kompleks.

 

Struktur dasar terdiri atas lima tipe strategi penerjemahan:

  • Tipe I adalah pengenalan masalah, yang diikuti oleh pemecahan masalah secara langsung atau diikuti oleh pengenalan masalah yang sementara belum terpecahkan.
  • Tipe II sama dengan Tipe I tetapi di dalamnya terdapat fase tambahan, yaitu fase pencarian solusi untuk memecahkan masalah.
  • Tipe III juga sama dengan Tipe I, tetapi di dalamnya terdapat fase tambahan, yaitu pemverbalisasian masalah.
  • Tipe IV terdiri atas pengenalan masalah, yang diikuti oleh pemecahan masalah secara langsung atau diikuti oleh pengenalan masalah yang sementara belum terpecahkan, dan di dalamnya terdapat fase pencarian solusi untuk memecahkan masalah dan fase pemverbalisasian masalah.
  • Tipe V merupakan struktur belah dua. Ketika masalah yang kompleks timbul dan tidak terpecahkan pada waktu yang bersamaan, penerjemah cenderung memecahnya menjadi beberapa bagian dan kemudian bagian-bagian dari masalah tersebut dipecahkan secara berurutan.

 

Struktur perluasan terdiri atas struktur dasar yang mengandung satu perluasan atau lebih. Perluasan diartikan sebagai unsur-unsur tambahan dari strategi itu sendiri